INBISNIS.ID, DENPASAR – Untuk kesekian kalinya umat Hindu Dharma di Bali merayakan Hari Raya Kuningan di tengah suasana Pandemi Covid-19 dengan berbagai permasalahannya.
Umat Hindu Dharma di Bali merayakan Hari Raya Kuningan setiap 210 hari menurut kalender Bali, atau sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan setiap hari Sabtu.
“Kuningan berasal dari kata Kauningan yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara Instrospeksi diri agar terhindar dari marabahaya” jelas Putu Pande Saputra di Bale Agung Desa Pakraman Panjer, Sabtu (20/11).
Pada hari raya Kuningan, umat Hindu Dharma di Bali membuat nasi kuning sebagai lambang kemakmuran dalam bentuk sesaji yang menandakan rasa terima kasih umat manusia yang telah menerima anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa berupa sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh-Nya kepada umat manusia atas dasar cinta kasih.
Putu menuturkan, senjata yang paling ampuh adalah ketenangan diri, jika umat manusia tidak mampu menyesuaikan diri dengan alam atau tidak taat dengan hukum alam, resikonya akan tergilas oleh roda alam itu sendiri. Karena itu, melalui perayaan ini umat Hindu Dharma di Bali diharapkan mampu menata kembali kehidupan yang harmonis sesuai dengan tujuan agama Hindu.
“Perayaan ini juga dimaksudkan agar umat selalu ingat kepada Sang Pencipta dengan mensyukuri segala karunia-Nya. Melalui perayaan ini umat juga dituntut untuk dapat meningkatkan persatuan, solidaritas serta selalu ingat menyama braya (bersaudara). Selain itu umat diharapkan selalu ingat kepada lingkungan sekitar sehingga tercipta harmonisasi dengan alam semesta” tandas Putu kepada INBISNIS.ID, Sabtu (20/11).
“Tujuan pelaksanaan upacara Kuningan ini adalah untuk memohon kemakmuran serta perlindungan dan tuntunan lahir dan batin, sehingga menjadi sangat cocok dengan situasi yang sedang kita hadapi sekarang di tengah Pandemi Covid-19,” tutup Putu.
Komentar