INBISNIS.ID, DENPASAR – Pembukaan penerbangan Sidney-Denpasar yang membawa 61 penumpang, Jumat (04/03/2022) merupakan momentum untuk membangkitkan ekonomi Bali, khususnya sektor Pariwisata yang terpukul akibat Pandemi Covid-19. Hal ini diungkapkan akademisi pariwisata Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, I Nengah Alit Nuriawan,S.S.,M.Par, melalui sambungan telepon, Jumat (4/03/2022).
“Pertama-tama tentu saya sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas langkah pemerintah yang telah membuka kembali pintu Internasional Bandara Ngurah Rai Bali, khususnya penerbangan Sidney-Denpasar. Hal ini karena dengan dibukanya kembali menandakan bahwa Bali siap menerima wisatawan dan siap memulai era baru pariwisata, setelah sempat istirahat sejenak karena pandemi Covid-19. selain itu ini juga bisa dijadikan momentum untuk kebangkitan kembali pariwisata Bali,” ungkap Alit Nuriawan.
Alit juga menambahkan, pembukaan jalur penerbangan Sidney-Denpasar ini akan memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata yang terhitung sejak dua tahun terakhir mengalami banyak kesulitan akibat Pandemi Covid-19.
“Artinya bila diibaratkan sektor pariwisata yang sebelumnya mati suri karena menunggu kedatangan wisatawan yang tidak bisa berkunjung karena peringatan perjalanan (travel warning), bak gayung bersambut saat ini gerbang dibuka wisatawan bisa berkunjung kembali ke Bali, sektor pariwisata secara perlahan akan kembali bangkit, mulai bergairah kembali dan tentunya akan berdampak positif juga terhadap sektor kehidupan lainnya,” terang Alit Nuriawan.
Kendati demikian, menurut alit, pemerintah harus menyiapkan strategi untuk menggenjot pariwisata Bali agar seperti kondisi normal kembali. Salah satu strategi yang bisa dipakai adalah pendekatan SHIP (SHIP Approach), dimana SHIP ini merupakan singkatan dari Sistemik (Systemics), Holistik (Holistics), Interdisipliner (Interdiciplinary) dan Partisipatori (Participatory).
“Yang pertama secara sistemik yaitu dengan memastikan suatu sistem berjalan dengan baik, semua yang terlibat dalam sistem penggenjotan pariwisata dapat berjalan dengan baik, salah satu langkah pasti yaitu dengan menerapkan program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu CHSE adalah program Kemenparekraf yang berupa penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) sehingga memberikan jaminan bagi wisatawan,” terang Alit Nuriawan.
Sementara itu, kedua adalah holistik artinya secara menyeluruh sehingga semua sektor dan pihak yang mendukung pariwisata harus saling membantu. Ketika pemerintah sudah membuka gerbang pariwisata, pemerintah menyiapkan program jaminan CHSE, kemudian pihak pengelola dan investor juga harus mulai bergerak untuk bersinergi membangkitkan kembali pariwisata Bali, tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak melainkan semua yang terkait harus ikut aktif dalam mengembalikan citra pariwisata Bali.
“Ketiga yakni dengan interdisipliner, artinya kita harus mulai berkolaborasi untuk pariwisata, misalnya dalam bidang Kesehatan untuk penerapan protocol Kesehatan, kemudian juga dengan memanfaatkan teknologi digital, teknologi ini sangat penting dimanfaatkan dalam hal promosi dan pemasaran karena dengan teknologi dapat menjangkau pasar lebih luas dengan waktu yang singkat. selain itu situasi transisi menuju pariwisata era baru juga dapat menggunakan teknologi sebagai digital payment yaitu sistem pembayaran berbasis aplikasi. Dengan adanya kombinasi ini juga akan meningkatkan kualitas SDM bidang pariwisata,” terang Alit Nuriawan.
Terakhir, yaitu dengan partisipatori artinya semua langkah awal akan sia-sia dilakukan bilamana tidak didukung partisipasi serius dari semua pihak, partisipasi pamerintah dalam hal kebijakan, bantuan dan hal-hal lainnya, kemudian partisipasi dari pengelola dan investor dalam menata destinasi dan selalu berinovasi dalam peningkatan kualitas destinasi, partisipasi masyarakat sebagai pihak pelaku pariwisata ataupun penikmat pariwisata.
(Redaksi)
Komentar