INBISNIS.ID, JAKARTA – Indonesia membuka babak baru dalam pengelolaan limbah. Minyak goreng bekas atau yang biasa disebut jelantah (Used Cooking Oil – UCO) telah diolah menjadi bahan bakar pesawat.
Inovasi hasil olahan PT Pertamina (Persero) ini dilabeli Sustainable Aviation Fuel (SAF) dan menghasilkan energi bersih, memangkas emisi karbon, serta ramah lingkungan.
Peluncuran komersial awal ditandai dengan penerbangan perdana yang dilakukan maskapai Pelita Air rute Jakarta-Bali. Acara Inagurasi Special Flight SAF berlangsung di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, mewakili Menteri ESDM, menegaskan dukungan Pemerintah terhadap langkah ini yang sejalan dengan program prioritas Presiden Prabowo.
“Ini adalah program Pak Presiden, Asta Cita harus terus kita laksanakan. Ketahanan energi, dan untuk yang ini tidak hanya ketahanan energinya, tapi juga swasembadanya. Jadi kemandiriannya juga semakin kuat,” ujar Dadan di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (20/8/2025).
BACA JUGA :
- Pemerintah Dorong Reformasi Perizinan dan Pangkas Bonus Manajemen BUMN
- ITPC Mexico City Promosikan dan Jaring Buyer TEI 2025
- DPR RI/Korinbang Dukung Upaya Peningkatan Perdagangan Indonesia – Australia
- Jajaki Pasar Amerika Tengah, Indonesia Perkuat Hubungan Dagang dengan Guatemala
- Peluang dan Antusiasme: Partisipasi Indonesia di BIOFACH 2025
Pertamina menyatakan SAF berbahan baku UCO ini mampu memangkas emisi karbon hingga 84 persen dibandingkan avtur fosil.
Hal ini menjadi salah satu daya tarik utama dari inovasi yang dikembangkan di Kilang RU IV Cilacap, karena menawarkan peluang konkret bagi industri penerbangan untuk menurunkan jejak karbonnya tanpa mengorbankan standar keselamatan dan performa.
Secara teknis, bioavtur yang diproduksi di RU IV Cilacap telah memenuhi standar kualitas nasional melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 70 Tahun 2025, serta standar internasional ASTM D1655 dan Defstan 91-091, syarat penting agar bahan bakar tersebut dapat dipakai aman pada pesawat terbang.
Untuk memastikan pasokan bahan baku yang stabil, Pertamina merangkul masyarakat lewat program pengumpulan minyak jelantah. Saat ini 35 titik pengumpulan telah didirikan di lokasi-lokasi strategis, memberi kemudahan bagi warga mengelola limbah rumah tangga sekaligus menerima saldo rupiah sebagai insentif.
Hal ini berdasarkan yang dikutip media INBISNIS.ID, Jumat (22/8/2025).
BACA JUGA :
- INBISNIS Property, Menjadikan Properti Anda Lebih Berharga
- Penerbitan Perdana Kangaroo Bond oleh Indonesia dengan Format AMTN
- Kavling Villa Dijual di Labuan Bajo, 366 Komodo Sunset View Resort Villa
- Bertemu Dubes RI untuk AS, Kadin Dorong Kolaborasi Menuju Indonesia Incorporated
- Pantai Surfing Sumba, Menjawab Tren Positif Bisnis Properti
Momentum hari ini menegaskan bahwa transisi energi bersih di Indonesia bukan sekadar wacana, melainkan rangkaian langkah praktis, mulai dari pemanfaatan potensi bioenergi, integrasi teknologi kilang, dan partisipasi masyarakat dalam pasokan. Kendati begitu, masih ada pekerjaan rumah, terutama pada pengembangan bioetanol dan penguatan kerjasama lintas lembaga.
“Pertamina bersama seluruh stakeholders sudah membuktikan kita ini raja untuk biodiesel di dunia. Tidak ada yang mengalahkan untuk yang ini. Tapi kita masih punya tantangan untuk yang bioetanol. Banyak pekerjaan sudah dilakukan, memang kami mengajak bahwa tidak bisa hanya sektor hilir yang bertanggung jawab,” tuturnya.
Pengembangan SAF ini bukan lompatan tanpa jejak. Sejak 2021, kolaborasi Pertamina dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) telah menghasilkan bahan bakar dengan campuran bioavtur hingga 2,4% (J2,4) melalui mekanisme coprocessing di TDHT 1 RU IV Cilacap.
Uji coba pertama dilakukan pada bulan Oktober 2021 menggunakan pesawat teregistrasi militer Dirgantara Indonesia, CN235-200 FTB, rute Bandung-Jakarta. Dua tahun kemudian, pada Oktober 2023, pengujian dilanjutkan untuk pesawat komersial dengan uji terbang Boeing 737-800 milik Garuda rute Jakarta-Solo-Jakarta, sebuah rangkaian yang memperkuat bukti kesiapan penggunaan bahan bakar hijau pada armada pesawat.
Sumber :esdm.go.id
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.
Komentar