INBISNIS.ID, MAGELANG – Suasana akrab, hangat, penuh gelak tawa, membalut diskusi sekitar 30 lebih anggota Perkumpulan Pecinta Pariwisata Indonesia (P3I), dari berbagai penjuru pada malam (9/5/2025) di rumah tradisional Jawa, bernuansa Borobudur: Omah Mbudur ditengah udara sejuk, di balik hujan yang mengguyur sejak siang.
Di tengah temaram lampu dan bayangan patung-patung Sang Buddha, dengan lantunan musik gamelan halus, pertemuan berlangsung nyaman tapi bermanfaat.
Tak hanya anggota P3I dari berbagai daerah yang hadir malam itu, tetapi juga wakil dari pemerintahan setempat antara lain, Camat Borobudur, Bapak Sugianto, yang duduk tenang, menyimak setiap paparan dengan penuh antusiasme. Semua mata dan hati tertuju pada satu misi besar: Borobudur Peace and Prosperity Festival 2025, yang akan digelar tanggal 10 hingga 12 Mei 2025.
Rapat tentang Festival untuk Damai dan Kemakmuran warga setempat, yang bakal dilaksanakan mulai besok pagi, dibuka oleh Ketua, merangkap pendiri P3I, Bapak Jeffry, dengan penuh semangat.
“Festival ini bukan hanya untuk menampilkan keindahan budaya, tapi juga untuk menanamkan harapan. Kita ingin dari Borobudur, pesan damai dan kemakmuran menyebar ke seluruh penjuru dunia,” Ungkap Jeffry.
Rencana acara dipaparkan dengan rinci. Fokus utama festival tahun ini adalah memperkuat nilai-nilai budaya, spiritualitas sekaligus kesejahteraan masyarakat lokal, yang dimulai di Candi Pawon besok lagi.
Besok pagi akan ada pertunjukan seni budaya, tarian tradisional, dan ritual pengambilan air suci yang sakral dari sumber mata air di sekitar Candi. Air ini melambangkan pemurnian niat dan persatuan.
Sore harinya, suasana berubah menjadi syahdu dengan pertunjukan budaya senja, dan ditutup dengan larung pelita di Sungai Elo. Ratusan pelita akan dihanyutkan, membawa doa-doa dari warga, pelaku budaya, dan wisatawan, menciptakan panorama malam yang memukau.
Tak lupa, Pak Sugianto pun menyampaikan sambutannya: “Kami dari pemerintahan sangat mendukung langkah P3I ini. Festival ini memperkuat identitas budaya Borobudur, mendukung pengembangan pariwisata yang lestari dan berkelanjutan, sekaligus membantu pengembangan potensi masyarakat kami.”
Tak lupa juga, semua hadirin mendengarkan paparan yang sungguh menarik tentang perjalanan 3 tokoh muda, dari khasanah lokal menjadi global, mendunia, antara lain Mbak Meela yang cantik dari Salatiga, tetapi rela mengembara jauh sampai ke Borobudur demi mengembangkan karirnya di bidang per-EO-an, pak Eko, yang susah payah, berkeringat darah membangun dunia tarinya sampai mendunia dengan nama Kinara Kinari, dan tak kalah mentereng adalah Pak Muslih, yang jatuh bangun mengembangkan kerajinan payung, dari bahan kertas sampai bahan satin yang jauh lebih awet sehingga mendunia.
Luar biasa! Karya lokal dengan potensi dunia.
Di mana lagi kalau bukan di Borobudur.
Ternyata tidak hanya Borobudur yang mendunia, anak-anak mudanya, anak millennial, juga telah membuktikan diri mereka bukan anak lembek yang lemah gemulai tanpa prestasi, tetapi anak.muda yang penuh harapan di masa depan.
Suasana diskusi malam itu sungguh dipenuhi ide dan semangat kolaborasi. P3I, yang dikenal sebagai komunitas yang peduli terhadap pengembangan pariwisata Indonesia secara nasional maupun internasional, menyampaikan visinya untuk menjadikan festival ini sebagai contoh pengembangan berkelanjutan yang mengangkat budaya lokal, alam, dan SDM setempat.
Luar biasa P3I, sungguh luar dari biasa!
“Ini bukan sekedar festival,” kata Bunda Lisa, sesepuh P3I yang masih luar biasa semangatnya. “Ini gerakan! Ini kekuatan kolaborasi.”
Seperti apa besok?
Tunggu tanggal mainnya, besok! Dan disinilah besok benih kebersamaan ditanam, dan kedamaian serta kesejahteraan mulai ditenun.
Pertemuan diakhiri dengan secangkir wedang empon-empon hangat, jenang yang enak, dan foto bersama. Anggota P3I saling bersalaman, saling bercanda, dan saling berjanji bahwa besok adalah saatnya membuktikan bahwa Borobudur Peace and Prosperity Festival 2025 bukan hanya milik P3I atau Pemda setempat, tetapi milik semua insan yang mencintai kedamaian dan budaya, milik dunia.
Dari Omah Mbudur malam ini, sebuah peristiwa kecil telah menyalakan cahaya besar. Cahaya yang akan bersinar di Candi Pawon, di Sungai Elo, di Candi Borobudur, dan di dalam hati semua orang yang mencintai Indonesia.
Well, Silahkan tulisn pendapatnya di kolom komentar ya.
Komentar