oleh

Jalan Politik Juprians Lamablawa menuju 2024

-Daerah-789 views

INBISNIS.ID, LEMBATA – Cinta diberikan Tuhan dalam hati. Kehormatan dicurahkan oleh hukum-hukum manusia menuju pikiran.
Pertama-tama pemikiran datang, kemudian mengatur pemikiran itu menjadi ide dan rencana, lalu merubah rencana tersebut menjadi kenyataan. Permulaan, seperti yang akan kamu dapatkan, ada dalam imajinasimu, menyuarakan kidung, menyeruak ombak, menyibak riak sabung lara dan angin berhembus dari tanah membawa terbit sinar mentari.

Tulisan diatas mengawali sebuah kisah perjalanan seorang pemuda dari pulau Lomblen, yang masa kecilnya pernah menjual kue setelah pulang dari sekolah. Namun, motivasi dan semangat menghantarkannya menjadi pengacara muda yang cinta keluarga dan tanah leluhurnya, Lembata.

Mengenal lebih dekat Advokad Juprians Lamablawa, SH.,MH.
Juprians Lamablawa, SH, MH., (37) adalah putra Lewoulun sebuah kawasan diujung barat laut Nusa Lembata, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur- Indonesia.
Ayahnya berasal dari Lewoulun dan Ibunya berasal dari Watun Lewopito, Lembata, NTT.
Kesehariaanya, Juprians Lamablawa atau yang akrab disapa Bung Jup ini, bekerja sebagai Pengacara atau Advokad dan berdomisili di Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata.

Baginya, pengabdian untuk masyarakat merupakan prinsip jati diri sebagai orang Lamaholot, saling membantu dan tolong menolong adalah bentuk kepeduliaan yang tidak bisa diukur dengan apapun.

“Membantu masyarakat, mengadvokasi persoalan hukum yang terjadi di masyarakat dengan tulus dan totalitas merupakan suatu kebahagiaan, karena prinsipnya, tolong menolong terhadap sesama yang membutuhkan telah menjadi jati diri kita sebagai orang lamaholot. Kita telah membahagiakan orang lain, hati merasa senang, karena menyenangkan hati orang lain dengan cara membantunya, sama seperti kita menikmati secangkir kopi saat senja dan di pagi hari,” kata Juprians.

Pemuda kelahiran 7 April 1985 ini, awal mengenal dunia pendidikan pada Tk. Nurul Iklas Rayuan Kelapa-Lewoleba, dan menamatkan pendidikan Sekolah Dasarnya di SD Inpres I Lewoleba. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP pada SMP PGRI Lewoleba dan lulus SMA di almamater tercinta SMA PGRI Lewoleba ditahun 2004.

Sementara pendidikan tinggi Strata 1, Juprians Lamablawa, menyelesaikan studinya pada Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta, kemudian melanjutkan ke Strata II (S2) dan menyelesaikan pendidikan S2 pada program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Selama menimbah ilmu di kota pendidikan Yogyakarta kurang lebih 7 Tahun, Juprians aktif diberbagai organisasi diantaranya; pada Tahun 2006 Juprians Lamablawa bergabung dalam Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) basis Universitas Janabadra dan saat yang sama aktif sebagai anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Yogyakarta.

Pada Tahun 2008 Juprians dipercayakan sebagai Ketua Ikatan Keluarga Ile Ape Yogyakarta (TALA IA), belum selesai kepemimpinannya di TALAIA, ia dipercaya sebagai Ketua Ikatan Keluarga Lembata Yogyakata (IKALAYA) masa bhakti 2009-2011.

Sedang menahkodai IKALAYA ditahun 2009, ia kembali dipercaya sebagai Plt. Ketua Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pada komisariat Universitas Janabadra Yogyakarta hingga tahun 2010.

Setelah itu, Juprians dipercaya sebagai Ketua Bidang Hubungan Eksternal pada Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Yogyakarta hingga tahun 2011.
Diakhir tahun 2011 Juprians dan kawan-kawannya, menggagas lahirnya organisasi mahasiswa asal Lembata yang menghimpun seluruh mahasiswa Lembata di tanah Jawa, kemudian diberi akronim SAMATA-JAWARA (Serikat Mahasiswa Lembata Jawa Raya).

Selepas dari usaha itu, Juprian dan kawan-kawan lalu mendeklarasikan Forum Mahasiswa Lamaholot Yogyakarta, dengan melakukan berbagai kegiatan seperti, diskusi seputar perkembangan NTT masa depan dan juga Lamaholot khususnya.

Selain berbagai diskusi, Forum yang di nahkodai langsung oleh Juprians ini pun pernah melakukan pentas budaya Lamaholot di Kota Yogyakarta dan dihadiri langsung oleh Dr. Alitaher Parasong (alm) dan berbagai kalangan mahasiswa Nusantara di Kota Yogyakarta.

Setelah lulus studi magister di awal tahun 2013, ia tidak tergiur untuk menyusul para seniornya, alumni Jogja untuk mengadu nasib ke ibu kota Jakarta, namun lebih memutuskan kembali ke Kampung halaman di Lembata dan mendirikan sebuah Lembaga Bantuan Hukum demi membantu rakyat arus bawah dan sekaligus mengaktualisasikan keilmuannya.
Di LBH, Cucu Komandan Buterpra Adonara Lembata, Sersan Raya ini juga memimpin sejumlah Organisasi Kepemudaan di Lembata.

Sekarang, Juprians, telah dikenal oleh khalayak ramai di kampungnya Lembata sebagai salah satu Lawyer yang selalu membantu masyarakat kelas bawah, sesuai semangat LBH yang didirikannya yaitu “Justice for people” Keadilan Untuk Rakyat.

Juprians menyadari, membantu masyarakat melalui LBH saja, rasanya tidak cukup, mesti mencari ruang perjuangan yang lebih luas, yakni membantu Rakyat kelas bawah melalui
Jalur Politik, agar tujuan kesejahteraan rakyat lebih cepat terwujud.

Pada tagal 17 Januari 2022 Juprians di Percaya oleh Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Gede Pasek Suardika sebagai Ketua Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Pimpinan Kabupaten Lembata.

Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) tempat bernaungnya mantan aktifis GMNI Jogja ini adalah Partai Politik yang didirikan oleh para sahabat Anas Urbaningrum (mantan ketua PB HMI), Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) mengusung semangat Gotong Royong, anti Politik Kapital dan anti Politik Dinasti.

Selama memberi bantuan hukum untuk masyarakat melewati persoalan persoalan hukum, jiwa aktivis dan pemikirannya semasa masih kuliah tetap melekat pada dirinya. Dalam perjalanannya kehidupan di Lembata, banyak persoalan yang ditemukannya, ekonomi hukum dan lain sebagainya.
Hal ini di tunjukkan dengan memberikan pemikirannya mengenai apa yang dilihatnya secara objektif selama berjuang bersama masyarakat melalui bantuan hukum kepada masyarakat demi membangun Lembata.

“Kita mesti melihat setiap kebijakan yang belum maksimal. Pemda mesti berani buat terobosan melahirkan pelaku ekonomi mikro baru agar pemuda usia produktif dapat mempunyai pendapatan, dengan demikian angka pengangguran usia produktif dapat kita tekan dengan maksimal. Tingkat kriminal yang pelakunya usia produktif pun akan berkurang karena pemuda usia produktif telah sibuk dgn aktifitas ekonominya dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang potensial akan Kriminal,” ujarnya.

“Lebih lanjut Untuk menyadarkan masyarakat pedesaan akan Hukum, agar tertib berhukum, kriminalitas dapat kita tekan, selain menyibukkan rakyat dengan aktifitas ekonomi, juga akan kita lakukan sekolah Hukum Desa, kesadaran hukum rakyat meningkat, gangguan kamtibmas akan berkurang, dengan demikian perlahan Lembata akan tumbuh menjadi salah satu daerah yang aman, damai, tentram dan sudah pasti Sejahtera,”pungkasnya.

(Redaksi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *