INBISNIS.ID, BLITAR – Seorang warga di Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar meraup keuntungan dengan memanfaatkan limbah sayur untuk budidaya cacing farmasi. Semua jenis limbah sayur milik pedagang dan rumah tangga dijadikan bahan utama untuk pakan cacing farmasi itu.
Pembudidaya cacing farmasi, Subroto mengaku mulai menggeluti usaha budidaya cacing farmasi pada akhir 2021. Hal ini bermula dari keresahannya terhadap banyaknya limbah sayur. Khususnya limbah sayur yang ada di pasar sekitar rumahnya.
“Prihatin mas sama limbah sayur yang ada di sekitar rumah. Karena rumah saya kan dekat sama pasar, jadi sering lihat banyak limbah sayur yang menumpuk,” katanya kepada INBISNIS. ID, Selasa (14/6/2022)
Saat itu ia mencari usaha yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan limbah sayur. Yakni dengan mencoba budidaya cacing khusus obat. Sebab, cacing membutuhkan sayuran sebagai sumber makanan.
“Limbah sayur mayur dijadikan pakan untuk budidaya cacing lumbricus rubellus. Jadi lebih enak tanpa keluar uang,” ujarnya.
Ia mengaku bisa mendapat 6 kilogram limbah sayur setiap harinya. Limbah sayur itu didapatkan dari para pedagang sayur di pasar. Sedangkan untuk jenis sayur yang didapat beragam. Bahkan kulit buah pun bisa disulap menjadi pakan cacing. Lumayan menguntungkan setiap 40 kg indukan dapat menghasilkan sekitar 80 hingga 100 kilogram.
“Panennya bisa empat bulan sekali. Bisa dapat sekitar 1 kwintal. Karena saya ikut mitra dengan pabrik obat di Malang, jadi enak jualnya. Tapi kadang ada juga yang beli perorangan,” tambahnya.
Sebagai informasi, cacing farmasi dapat dijual dengan harga Rp 20 ribu/kg. Sedangkan untuk cacing yang tidak layak untuk dijual akan dimanfaatkan untuk indukan. Sehingga, budidaya cacing farmasi bisa tetap berjalan melalui indukan tersebut, bahkan dapat menambah kapasitas jumlah indukan.
(Redaksi)
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.
Komentar