oleh

PIRT Kerupuk Poli di Dungkek Sumenep, Produsen Terkendala Modal Usaha

INBISNIS.ID SUMENEP – Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) berupa Krupuk Poli Mentah (bahan kerupuk) merupakan hasil olahan Ibu rumah tangga dibantu oleh 2 orang pekerja dan keluarganya. Karena terkendala modal usaha, sehingga Krupuk Poli mentah yang Ia produksi tidak mampu memenuhi permintaan pasar atau pelanggannya.

Sahmiye, Produsen Krupuk Poli Mentah yang beralamat di Dusun Dungkek Laok Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep Jawa Timur, kepada INBISNIS.ID menyampaikan keluh kesahnya terkait kemampuan produksi yang tidak berimbang dengan permintaan pasar atau pelanggannya, Rabu (18/5).

“Setiap hari saya membuat Kerupuk Poli mentah maksimal 75 Kg dengan modal yang dibutuhkan sekitar 1 Juta rupiah, untuk belanja bahan-bahan. Sedangkan permintaan dari langganan di pasar rata-rata setiap harinya sekitar 100 Kg, dan saya mempunyai  pelanggan tetap 4 orang di pasar yang berbeda. Tidak termasuk orang yang datang beli sendiri ke rumah,” tuturnya.

Istimewa

Dari 4 pelanggan tersebut minta nya memang tidak setiap hari, kadang dalam satu minggu dua  kali. Jadi, kalau satu orang pelanggan minta nya dikirim 1 kuintal, hanya bisa kirim 200 – 500 Kg. Tapi, kalau semua pelanggan minta nya bersamaan, itulah yang menjadi kendala utama baginya.

“Kalau permintaan pelanggan sangat luar biasa seandainya punya modal usaha cukup. ada beberapa bentuk Kerupuk Poli yang saya buat, yaitu bentuk bulat, persegi empat, persegi panjang dan segitiga. Masing-masing dikemas dalam bungkus plastik 5 Kg dan 25 Kg,” ungkapnya.

Membuat Kerupuk Poli hasilnya tergantung dari jumlah produksi, kalau produksinya banyak, hasil juga bertambah. Mulai dari mengolah bahan, pengeringan, dan pengemasan, semuanya menggunakan tenaga pekerja yang dibayar harian, sesuai jumlah atau hasil produksi.

“Kendalanya  cuma itu saja, kurangnya modal. Misalnya ada modal 5 Juta rupiah, insya’allah sudah cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan. Tapi, kalau untuk buat stok, masih kurang. Sebab ketika musim hujan, sinar matahari kurang dan tidak bisa menjemur kerupuk. Dan produknya  juga dikurangi,” pungkas Sahmiye,

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *