oleh

Tenun Ikat dan Anyaman Lontar, Oleh-Oleh Khas dari Wisata Boler Tapobali Lembata

INBISNIS.ID, LEMBATA – Selepas menari bersama gulungan ombak di wisata Pantai Boler di Desa Tapobali, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata yang mempesona, rasanya belum lengkap jika pulang tanpa souvenir khas berupa tenun ikat dan anyaman lontar.

Kerajinan budaya ini merupakan hasil olahan tangan dari sejumlah wanita telaten yang tergabung dalam rumpun ‘Ina Tula Tani’. Kelompok ini beranggotakan 25 orang penenun dan pengrajin.

Kata ‘Ina Tula Tani’ merupakan lantunan bahasa daerah dengan arti ‘ibu sedang menenun’. Kelompok itu didirikan pada tahun 2008 oleh Yayasan Babali, sebuah yayasan pecinta budaya bertempat di Pulau Dewata Bali.

Dandi Ledun (42), Ketua Ina Tula Tani mengatakan, desain tenun ikat dari anggota kelompoknya merupakan motif khas Desa Tapobali.

“Awalnya lebih dari 25 orang tapi tapi kami bagi lagi menjadi dua kelompok sehingga konsentrasi pengerjaannya lebih maksimal,” ujar pria peramah itu saat diwawancarai wartawan, Senin, 06 Juni 2022.

Ia mengatakan, produk tenun ikat yang dihasilkan menggunakan bahan lokal dan  sesekali dari bahan kimia. Harga pasaran tergantung jenis tenun dan kesukaran motifnya.

Maria Kewa Wuwur (60), anggota Ina Tula Tani mengaku bangga karena mampu membuat tenun ikat dan kerajinan lontar mengingat aktivitas tersebut bagian dari kearifan budaya yang diwariskan secara turun temurun.

“Senang dan ekonomi bisa terbantu dari hasil menjual kerajinan tangan. Saya juga senang bisa melestarikan budaya kami,” ucapnya sambil memamerkan ragam jenis karya kelompoknya kepada sejumlah pengunjung.

Ia berujar, kelompoknya lebih banyak memasarkan produk saat hari libur dan kunjungan resmi dari wisatawan yang datang berkunjung di Pantai Boler.

“Kami senang karena wisatawan sering datang beli. Kerajinan kami juga sudah ada di galeri di Kota Lewoleba,” katanya.

Kepala Desa Tapobali, Gucek Ledung mengatakan, pemerintah desa di masa kepemimpinannya terus menggempur sektor pariwisata dan kelompok tenun.

“Kami dorong Bumdes sehingga terus kelola pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis budaya. Penyertaan modal tetap rutin dan kami terus bekerja secara gotong royong,” kata Kades Gucek.

Selain telaten membuat kerajinan, warga Desa Tapobali juga meningkatkan pendapatan ekonomi dengan menjual sarang burung walet.

Menariknya, budidaya sarang burung walet yang harganya semakin meroket di pasaran lokal hingga nasional itu dibudidaya secara alamiah pada sebuah Goa berukuran cukup besar.

Kades Gucek mengatakan, pengolahan dan penjualan sarang walet hanya bisa dilakukan oleh suku Tobil. Suku tersebut mempunyai hak paten atas presensi walet di lokasi Goa.

“Hanya suku Tobil yang mempunyai hak untuk mengelolah dan mendapatkan hasil dari sarang walet,” katanya.

(Redaksi)

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *