oleh

KPA Update Jumlah Kasus HIV/AIDS di Flotim Per Bulan Maret 2022

INBISNIS.ID, LARANTUKA – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Flores Timur mencatat jumlah kasus penyebaran virus HIV dan AIDS di Flotim pada bulan Maret 2022 mencapai 417 orang.

Sesuai grafik temuan kasus berdasarkan jenis kelamin memaparkan, jumlah kasus HIV dan AIDS didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 211 orang, sementara jenis kelamin perempuan tercatat 120 orang.

Sekretaris KPA Flotim, Emanuel Halan mengatakan, jumlah kasus tersebut didata sejak awal temuan di tahun 1997 sampai sekarang.

“Data itu dilihat dari awal ditemukan pada tahun 1997 yang mana klasifikasinya berdasarkan kelompok-kelompok. Terakhir di bulan maret tercatat 417 kasus,” ujar Emanuel Halan kepada wartawan di ruangan kerjanya, Senin (30/05/2022).

Ia mengatakan, sumber penularan pertama kali datang dari luar daerah dan lebih banyak terjadi ketika para pekerja migran yang pulang kampung setelah merantau.

“Sumber penularan itu dari luar. Orang kita kontak diluar kemudian pulang kesini setelah mereka sakit,” katanya.

Emanuel menegaskan, perkembangan HIV dan AIDS dilihat dari perkembangan kumulatif karena tidak seperti penyakit menular lainnya.

“Kita harus punya persepsi karena penyakit ini tidak seperti muntaber atau penyakit menular lainnya. HIV dan AIDS juga bukan hanya dari satu orang tetapi masing-masing orang. Semuanya punya kesempatan untuk mengakses layanan dari luar dan akhirnya mendapat sakit,” tandasnya.

Dilakukannya, berdasarkan data yang dirampung KPA Flotim, 90 persen resiko penularan HIV dan AIDS diakibatkan karena hubungan seks hingga menyebabkan infeksi bagi para pengguna jasa seks kemudian terus menyebar ke masyarakat luas.

“90 persen karena hubungan seks. Selebihnya penularan itu dari ibu ke anak yang Jumlahnya ada 22 orang,” paparnya.

Karena itu, lanjut dia, pihaknya gencar melakukan sosialisasi dengan objek sasaran pelajar SMA dan masyarakat luas di daratan Flores Timur, Adonara, dan Solor.

Selain sosialisasi, KPA juga melakukan pemeriksaan gratis, juga mengedukasi masyarakat tentang stigma sosial bagi penderita HIV dan AIDS sehingga keberadaan mereka diterima dengan baik tanpa adanya sikap diskriminasi.

Menurut dia, hal paling penting dalam menanggulangi risiko adalah kemauan masyarakat agar bersedia diperiksa.

“Ini seperti fenomena gunung es karena belum kita ketahui banyak orang diluar sana. Kuncinya itu periksa sehingga bisa berobat,” ucapnya.

(Redaksi)

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *