INBISNIS.ID, SUMENEP – Tepatnya di ruas jalan Trunojoyo Sumenep, atau sebelah selatan taman Tajamara Sumenep, Desa kolor, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Dimana seorang Ibu bernama Ida, setiap pagi hari duduk di pinggir jalan, menjadi penunggu barang jualan, berharap ada orang yang datang untuk membeli Nasi Bakar Ayam Jamur dan Nasi Uduk yang terbungkus rapi menggunakan wadah box gabus putih berbentuk kotak, yang mana diletakkan berjajar di atas meja tepat dihadapnya.
Ibu Ida, penunggu jualan nasi bakar ayam jamur dan nasi uduk, kepada jurnalis INBISNIS.ID mengatakan, setiap pagi hari Ia datang ke tempat jualannya, yakni di pinggir jalan sisi timur ruas Jl. Trunojoyo Sumenep atau sebelah selatan Taman Tajamara Sumenep, Desa Kolor Kecamatan Kota Sumenep. Jum’at (27/5).
“Setiap hari, sekitar pukul 05.00 WIB saya sudah ada di tempat ini, sebagai penunggu jualan Nasi bakar dan Nasi uduk, pisang rebus dan bubur ketan hitam, pemiliknya (bos saya) mempercayakan ke saya untuk dijual ditempat ini,” jelasnya.
Lanjut kata Ibu Ida, adapun orang yang masak dan mengemas (produsen), yaitu sebagai pemilik usaha yang mana memberi upah setiap bulan (gaji bulanan). Setiap harinya, apabila barang sudah habis terjual, maka saya telpon pemiliknya.
“Setiap pagi hari sudah seperti itu kerjaan saya. Dari pemiliknya saya mendapatkan gaji bulanan, cukuplah untuk kebutuhan keluarga sehari – hari. Yang pasti saya merasa senang dengan pekerjaan ini, karena setelah jualan disini (pagi hari saja), selanjutnya saya masih bisa melakukan kegiatan lainnya di rumah,” tuturnya.
Ibu Ida mengaku, berjualan Nasi seperti sekarang ini, sejak masih ada Terminal lama, kala itu berupa nasi bungkus bisa. Kala itu taman Tajamara Sumenep masih belum dibangun, yakni masih berupa Terminal angkutan Bus antar Kota atau Provinsi, dan angkutan antar Kecamatan atau Desa, sekitar 10 tahun lebih ke sekarang.
“Awalnya, sekitar 2 tahunan ke sekarang, oleh pemilik jualan ini, saya ditawari, ‘mau gak kamu jualan Nasi bakar di tempat ini,’ singkat cerita saya langsung mengatakan ‘Mau.’ Jadi, Sampai sekarang saya nunggu jualan ini, dengan diberi gaji Rp.1 juta setiap bulan,” akunya.
Masi kata Ibu Ida, setiap pagi hari, oleh pemiliknya disediakan 40 – 50 bungkus nasi bakar, dan 20 – 30 bungkus nasi uduk, dan sebagai selingannya disediakan pisang rebus dan bubur santan beras hitam 10 bungkus setiap hari. Kemasan praktis berupa bungkusan (box gabus putih), sehingga pembeli lebih mudah membawanya. Nasi bakar dengan lauk ayam jamur dan daging ati, dibungkus dengan daun pisang, lalu diletakkan di dalam bungkusan, sehingga lebih tahan lama dan tidak mudah basi. Begitu juga dengan kemasan Nasi uduk, dengan lauk ikan ayam, telur dan tempe, juga bisa tahan lama, karena diletakkan terpisah dari nasinya.
“Dengan harga Rp10.000, setiap hari terjual habis. Kadang bisa habis seketika jika ada pembelian secara borongan, yang mana biasanya seringkali terjadi pada hari Jumat,” pungkasnya.
(Redaksi)
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.
Komentar