oleh

Pertahankan Nilai Tradisional Jajanan Kampung Melayu

INBISNIS.ID, JEMBRANA  – Tersedianya jenis jajanan di pasaran  membuat para konsumen pintar-pintar membeli. Sisi lain maraknya jajanan cepat saji, tak membuat surut pengolah dan penyaji jajanan khas kampung, yang masih  bertahan di era modern ini. Tanpa menggunakan bahan pengawet dan sistem pengolahan yang tradisional jadi alasan utama para pedagang jajanan tradisional.

Berjualan jajanan kampung atau lebih familiar  dengan sebutan jaje kampung, menjadi usaha utama Hildawati (46). Hildawati Adalah pemilik jaje kampung kuliner kedai putri, Lingkungan Lelateng, Kelurahan Lelateng. Ia membuka usaha kuliner jaje kampung khas Bali di pasar pagi Lelateng dengan harga yang sangat terjangkau. Usaha ini sudah Ia lakoni kurang lebih sembilan Tahun, Rabu (25/05).

Usaha ini berawal dari warisan sang ibu yang sudah dilakoni kurang lebih sembilan Tahun. Bahan dasar yang digunakan yaitu tepung beras yang diolah dengan bahan lainnya dengan pewarna alami daun suji (daun ijon-ijon dalam bahasa bali) serta gula merah lokal.

“Pagi buka di pasar pagi Lateng jam 05.00 WITA hingga pukul 09.00 WITA dan sore jam 15.00 WITA buka di depan rumah di Kedai Putri. Berapa  aneka jajanan kampung yang dijual  berupa buati, lidah-lidah, serabi, cenil, lupis, bubur sumsum dan ketan hitam. Biasanya tutup pukul 21.00 WITA,” jelas Hildawati.

Ia pun menceritakan  bahwa banyak peminat dan para pecinta kuliner jajan kampung. Ada juga langganan pejabat yang menyukai kuliner jaje kampung kedai putri. Untuk harga per porsi Rp5.000. Terkadang pelanggan juga membeli dengan harga Rp3.000. Menekuni usaha ini untuk  menambah penghasilan dan biaya sekolah kedua anaknya.

“Dulu sebelum Pandemi Covid-19 berjualan hasil sampai 6 kg, tapi kini berjualan hanya 2 kg, tapi tetap mensyukuri dengan usaha yang dijalankan. Kini pandemi Covid-19 mulai melandai, sudah mulai ramai, bahkan menambah porsi bahan dasar sampai 3 kg. Menerima pesanan baik untuk ulang tahun, rapat, dan juga acara perkawinan,” jelasnya.

Hildawati mengatakan, pembeli dari semua kalangan dari yang anak muda dan juga yang memang paling suka jajanan kampung. Bahkan mencoba memposting di medsos, sebagai bentuk media yang kekinian. Untuk di pasar ini ramai para pembeli adalah ibu rumah tangga, biasanya disajikan untuk suaminya yang berangkat kerja dan anak yang akan berangkat sekolah.

“Harapan terhadap pemerintah Kabupaten Jembrana usaha para UMKM yang ada di Jembrana baik kuliner maupun pengrajin, sehingga upaya ini bisa membangkitkan perekonomian dalam bidang usaha kecil ini. Dengan pemulihan ekonomi Pandemi Covid-19 bisa menjadi Endemik. Ini merupakan peluang bangkitnya perekonomian khususnya para pedagang,” pungkasnya.

(Redaksi)

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *