oleh

Kedelai Lokal Hilang, Pengusaha Tahu Tempe di Luwu Timur Memilih Kedelai import

-Daerah-759 views

INBISNIS.ID, LUWU TIMUR – Kurangnya pasokan kedelai dalam Negeri dan mahalnya kedelai import membuat para pengusaha Tahu dan Tempe di berbagai Daerah yang ada di Indonesia mengalami penurunan produksi dan sangat berpengaruh terhadap proses penjualan kepada masyarakat.

Seperti yang terjadi pada Usaha Pabrik Tahu Manunggal yang ada di Desa Manunggal, Kecamatan Tomoni, Kabupaten Luwu Timur. Sulawesi Selatan. Jumat, (18/2).

Sebagai pemilik dalam usaha ini, Herman (47), menerangkan kepada awak media tentang tidak adanya pasokan Kedelai lokal hal ini memaksanya untuk membeli Kedelai Import yang dinilai terus mengalami kenaikan harga sejak akhir-akhir ini.

“Ini Kedelainya baru datang dari Makassar sebanyak 1 Ton dan harganya belum diketahui berapa per kilonya, mungkin nanti malam baru di telpon sama bos tentang harga per kilonya, kalau Minggu lalu itu masih 12.000 sekilo” terangnya.

Mahalnya bahan baku ini membuat Herman terus mengurangi produksinya, dikatakan bahwa ketika harga Kedelai masih Kisaran 9.000/kg pabriknya masih mampu mengelola hingga 100kg perhari dan untuk saat ini hanya memproduksi rata-rata 50 kg perhari.

Herman, Sebagai Pemilik Usaha Tahu dan Tempe

“Sejak tiga tahun terakhir ini, produksi usaha pabrik kami itu rata-rata sehari cuma mengelola sekitar 50 kg padahal sebelumnya bisa sampai 100 kg sehari” kata pak Herman.

Ketika ditanya soal keuntungan dari usaha ini atas mahalnya bahan baku dan biaya operasional, dia menjelaskan bahwa dalam sehari Kedelai yang kita kelola itu sebanyak 50 kg dan hasil penjualannya sekitar Rp. 760.000 atau memperoleh untung hanya sekitar Rp. 160.000.

Ditanya lebih jauh, bagaimana tetap mempertahankan usaha ini sementara bahan baku terus mengalaminya kenaikan dia merincikan bahwa yang kita jual bukan hanya Tahu, tetapi ampas Tahu dan air Tahu ikut kita jual untuk menutupi biaya produksi.

“Setiap hari ada ampas Tahu 1 karung yang kita jual dengan harga Rp. 50.000 dan air Tahu ada sekitar 6 botol rata-rata perbotolnya dijual Rp. 5.000” sambungnya.

Selain itu untuk bisa memaksimalkan harga Tahu nya, Pak Herman langsung menjualnya kepada konsumen dan tidak lagi melayani pedagang atau penjual lainnya serta mengurangi volume irisan tahunya.

( Paillin Paulus / Redaksi )

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *