INBISNIS.ID, TERNATE – Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, saat ini sudah ada sekitar 60 juta pelaku UMKM di Indonesia, di Kota Ternate sendiri ada 14 ribu UMKM yang terbagi atas beberapa sektor, di bawah binaan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Ternate. Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat seiring berkembangnya teknologi dan potensi sumber daya Alam yang ada.
Meski begitu, ada tiga persoalan dasar yang sering dialami UMKM di Kota Ternate dan masih menjadi pekerjaan rumah bagi sektor ekonomi. Jika tidak diatasi, maka UMKM yang sedang tumbuh bisa saja kalah bersaing, stagnan, bahkan gulung tikar.
Ini adalah rangkuma percakapan INBISNIS.ID dengan Kadis Koperasi dan UMKM Kota Ternate, Hadi Hairuddin di sela-sela kegiatan Pelatihan Vocational Bagi Usaha Mikro Sektor Kuliner, pada Kamis (17/2) bertempat di lantai 6 Muara Hotel Ternate.
Menurut Hadi, ada banyak permasalahan yang mungkin dialami oleh para pelaku UMKM di Ternate. Namun, terdapat beberapa masalah utama UMKM yang sering terjadi sehingga menghambat pertumbuhan usaha mereka.
Persoalan pertama menurutnya adalah modal. Modal merupakan salah satu permasalahan utama yang sering dialami UMKM. Minimnya modal yang dimiliki para pelaku usaha mengakibatkan kegiatan produksi menjadi terhambat sehingga keuntungan yang diperoleh pun tidak optimal.
“Saya melihat banyak para pelaku usaha yang mencoba peruntungan dengan mencari modal melalui pinjaman bank. Sayangnya, syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi untuk dapat memperoleh pinjaman modal dari bank sering kali tidak dapat dipenuhi oleh para pelaku UMKM sehingga usaha menjadi mandek”, papar Hadi.
Persoalan kedua lanjutnya, adalah kemasan. Kadis yang juga pernah menjabat sebagai Kepsek SMP 4 Ternate ini menilai produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Ternate telah memiliki kualitas yang baik, seperti terkait cita rasa. Namun, dia mengakui, masalah yang sering mendera UMKM lokal adalah terkait persoalan kemasan produk (packaging).
“Tapi dasarnya produk kita bagus, good taste, penampilan bagus. Bentuk kekurangannya sering packaging,” ungkap Hadi.
Memang, kemasan merupakan bukan sesuatu yang paling utama. Tapi, Hadi mengingatkan jika kemasan memberikan daya pikat yang besar bagi konsumen. Dengan kemasan yang baik tentu saja nilai produk dan daya saing juga akan meningkat.
Dan terakhir menurut Hadi, persoalannya adalah pasar. Setiap pelaku UMKM tentu ingin mengembangkan jangkauan usahanya seluas mungkin. Namun, kurangnya pemahaman tentang pemasaran bisnis menjadi permasalahan tersendiri yang sering dialami UMKM, terutama jika berkaitan dengan teknologi atau pemasaran digital.
Lanjutnya, meskipun sudah banyak pelaku UMKM yang menjual produknya secara online melalui media sosial atau marketplace, pemahaman tentang pemasaran digital masih belum optimal sehingga potensi keuntungan yang diperoleh pun masih belum maksimal.
“Nah kaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi UMKM ini, maka pelatihan vocational yang sedang berlangsung dapat melatih pelaku UMKM yang ada sekarang agar mereka memperoleh ketrampilan dalam mengelola produknya masing-masing,”pungkasnya mengakhiri obrolan dengan INBISNIS.
Komentar