INBISNIS.ID, DENPASAR – Gelombang aksi massa yang meletus di beberapa daerah Indonesia untuk menyuarakan aspirasi masyarakat perihal kenaikan harga minyak goreng, Bahan Bakar Minyak (BBM), Kelangkaan BMM jenis Petralite dapat dikatakan upaya masyarakat untuk membuat kondisi pulih atau lebih baik.
Hal ini disampaikan Sosiolog asal Bali, I Made Ferry Kurniawan, saat dihubungi via sambungan telepon, Kamis (14/04).
I Made Ferry Kurniawan menjelaskan, bahwa dalam Paradigma Spencerian kedudukan sistem dibagi menjadi 3 (tiga) antara lain negara, ekonomi, dan masyarakat. Dimana ketiga hal tersebut adalah sistem-sistem yang Integratif. Jika di dalam salah satu dari ketiga sistem tersebut mengalami gangguan, maka akan menimbulkan berbagai dampak pada sistem yang lain.
“Dalam konteks ini, sistem yang terkena gangguan adalah sistem ekonomi, kenaikan harga BBM dan minyak goreng. Maka akan memberikan dampak pada sistem-sistem yang lain,” ungkap Made Ferry Kurniawan.
Ferry Kurniawan melanjutkan, sebagai sistem yang terintegrasi, jika terjadi gangguan pada salah satu sistem, maka dari tiga sistem tersebut akan berkontribusi serta melakukan berbagai upaya dalam rangka memulihkan sistem yang bermasalah dengan menyuarakan pendapat.
“Menyuarakan pendapat ini agar terciptanya regulasi untuk memulihkan kondisi. Karena masyarakat hari ini memandang bahwa sistem ekonomi dalam kondisi sakit agar tidak terjadi kondisi yang kronis. Maka sub-sub yang lain harus berkontribusi memulihkan keadaan ekonomi menjadi pulih sehingga berdampak pada sistem ketatanegaraan,” ungkap I Made Ferry Kurniawan.
Oleh karena itu, I Made Ferry Kurniawan, melihat gerakan-gerakan massa yang hari ini terjadi diberbagai daerah adalah semacam usaha untuk memulihkan atau mencegah keterpurukan dari sistem ekonomi yang sedang sakit. Jadi gerakan massa ini sah-sah saja dilakukan.
“Namun dengan garis besarnya, bahwa kebebasan berpendapat itu sudah diatur dalam UUD, namun harus dengan tidak kebablasan berpendapat sesuai dengan tupoksi. Kita bebas berekspresi tapi dengan cara tidak melanggar norma-norma yang ada,” ungkap I Made Ferry Kurniawan.
Menurut I Made Ferry Kurniawan, jika tidak ada perubahan dalam kondisi yang lebih baik, dengan beberapa indikatornya, Ia melihat akan terjadi potensi gerakan-gerakan massa susulan.
Terakhir, I Made Ferry Kurniawan selaku Sosiolog, berpesan agar teman-teman mahasiswa bisa menjaga itikad baiknya kemudian memprioritaskan kajian-kajian akademik. Selain itu, menekan substansi turun ke jalan untuk menyuarakan kajian-kajian akademis yang disampaikan kepada pejabat publik serta gerakan massa ini adalah bentuk kepekaan mahasiswa sebagai insan akademis yang tidak hanya berada di Menara Gading.
“Gerakan-gerakan mahasiswa ini merupakan bentuk kepekaan terhadap sesuatu yang saya sebut Respublika atau urusan-urusan publik dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Tentu saja saya berterima kasih kepada para mahasiswa karena sudah menyuarakan aspirasi masyarakat.” tutup Made Ferry Kurniawan.
(Redaksi)
Komentar