oleh

33 Anak Muda di Sikka Ikuti Pelatihan Pembuatan Selai Tomat 

INBISNIS.ID, SIKKA – Sebanyak 33 orang anak muda di Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan selai tomat, bertempat di Aula Kantor Desa Wairbleler, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, pada Sabtu (25/6/2022). Ke-33 anak muda itu berasal dari 2 Kecamatan, yakni Kecamatan Waigete dan Kecamatan Hewokloang, yang mencakupi wilayah Desa Wairbleler, Hoder, Wairterang, Aibura, Pogon dan juga Munerana.

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Flores Children Development (FREN) Mitra ChildFund, dengan mendatangkan 2 orang mentor yang mempunyai kemampuan, keterampilan dan keahlian di bidang pengolahan pangan. Kedua mentor itu pun memiliki izin usaha yang lengkap dan mengantongi Sertifikat Pangan, sehingga dinilai layak untuk memberikan pelatihan bagi para kaula muda tersebut.

Agustina Sipriana Riti Rada, salah satu Mentor Pembuatan Selai Tomat, saat ditemui usai memberikan pelatihan pembuatan selai tomat kepada para anak muda itu mengungkapkan, proses pembuatan selai tomat memakan waktu sekitar satu jam lamanya ataupun bisa lebih, tergantung kandungan air di dalam buah tomat itu sendiri. Jikalau kandungan air dalam tomat itu banyak, maka prosesnya akan sedikit lebih lama.

“Jadi bahan yang digunakan untuk membuat selai tomat, yakni tomat itu sendiri, gula, jeruk nipis, kayu manis untuk aroma dan juga sedikit garam. Kemudian proses pembuatannya, yakni tomat itu harus dicuci terlebih dahulu sampai bersih. Selanjutnya biji tomatnya dikeluarkan dengan menggunakan pisau atau sendok. Setelah itu, tomat harus direbus dan dikeluarkan kulitnya. Sesudah dikeluarkan kulitnya, barulah tomat tersebut diblender dan dimasak sampai mengental hingga menjadi selai tomat,” jelas Asna Rada, begitu dia disapa.

Pemilik Kiwu Jawa, sebuah industri rumah tangga yang bergerak untuk memproduksi cemilan lokal ini juga menambahkan, hasil pembuatan selai tomat bersama para kaum muda itu, tanpa menggunakan bahan pengawet, sehingga bisa bertahan hanya 6 bulan. Namun jika menggunakan pengawet, maka selai tersebut akan bertahan lebih dari 6 bulan, tetapi itupun kalau ingin memproduksi dalam jumlah yang banyak.

“Selai merupakan sebuah bahan campuran untuk roti ataupun kue (isian roti manis atau kue kering). Seperti Nastar kan dari selai nanas, mungkin juga bisa kita pakai selai tomat. Selai ini juga adalah salah satu bahan makan yang diawetkan, dasarnya itu dari sari buah atau buah yang dimasak dengan gula sampai mengental,” ujarnya.

Lebih lanjut Asna Rada menceritakan bahwa, ide untuk pembuatan selai tomat, dipelajarinya secara otodidak. Hal itu berangkat dari dirinya yang melihat banyaknya produksi tomat dan mudah didapatkan di Kabupaten Sikka. Sementara menurutnya, tomat yang rusak juga pasti akan dibuang, atau diberikan untuk ternak. Melihat hal yang demikian, dia pun akhirnya mempelajari proses pembuatan selai tomat melalui Youtube dan Google.

“Karena kami juga belajar, jadi mari sama-sama kita belajar. Apalagi sekarang banyak materi itu ada di Youtube dan juga Google, intinya kita mempunyai niat dan kemauan untuk belajar. Saya mungkin belajar semuanya ini secara otodidak, karena berangkat dari hobi memasak dan membuat kue,” katanya.

Meskipun telah memberikan pelatihan proses pembuatan selai tomat kepada para kaum muda, namun Asna Rada mengakui bahwa sejauh ini dirinya belum menjadikan selai tomat sebagai produk baru dalam usahanya itu. Dia masih terus mempelajari respon dari para konsumen. Jikalau mendapatkan responsif yang baik dari konsumen, maka Asna Rada berjanji akan meneruskan usaha pembuatan selai tomat tersebut.

Ana Maria Dua Bukan, salah satu mentor lainnya yang mempunyai Rumah Produksi Kae Ngaeng ini menuturkan bahwa, para kaum muda yang mengikuti pelatihan pembuatan selai tomat itu, dibagi dalam 2 kelompok. Dimana masing-masing kelompok mendapatkan 2 Kg tomat, yang akan digunakan untuk praktek pembuatan selai tomat tersebut.

Usai masing-masing kelompok mendapatkan 2 Kg tomat, anak-anak muda itu pun larut dalam praktik dan proses pembuatan selai tomat, sambil mendengarkan, mengikuti arahan dan pelajaran yang sangat berarti dari kedua mentor. Mereka (anak-anak muda) juga terlihat tekun dan serius mengikuti semua proses itu hingga selesai.

Lebih lanjut Ana sapaannya menambahkan, setelah prosesnya memakan waktu sekitar sejam lamanya, barulah bahan baku tomat yang dipadukan dengan gula, jeruk nipis, kayu manis untuk aroma dan juga sedikit garam, berubah menjadi selai tomat. Sehingga dari 4 Kg tomat yang diproses, hasil yang didapatkan dan dikemas mencapai 20 toples kecil (ukuran 250 ml).

“Jadi adik-adik ini mengikuti apa yang kami ajarkan, mereka tekun, serius dan tidak ada candaan dalam kegiatan ini. Jadi mereka sangat luar biasa. Mereka juga akhirnya sudah bisa memahami dengan baik dan mengerti, karena memang bahannya itu mudah untuk didapatkan. Sementara proses pembuatanya juga tidak mempersulit mereka,” katanya.

Untuk itu, mentor yang memiliki Brand Product Serbuk Jahe Merah, yang sudah terjual sampai ke Labuan Bajo,

dan produk kuliner lainnya seperti, Keripik Nangka, Keripik Nanas, Ubi Ungu, dan mampu membuat Herbal Wine dari Jahe Merah ini, mengharapkan agar para kaum muda yang sudah mengikuti pelatihan tersebut, bisa mengerti dan memahaminya dengan baik tentang proses pembuatan selai tomat itu sendiri, sehingga dapat dikembangkan untuk kehidupan mereka.

Sementara, menurut Magdalena Stefani Ivoni, salah satu kaum muda yang mengikuti pelatihan itu, proses pembuatan selai tomat itu, nilainya sangat bagus dan bermanfaat untuk pengembangan usaha tersebut ke depannya nanti.

“Dari proses yang saya lihat dan bantu kerjakan tadi, itu saya sangat mudah. Bahannya sangat mudah sekali untuk kita dapatkan. Cara membuatnya juga sangat mudah, takaran juga tadi kami sudah melihatnya sendiri,” tutur Voni, sapannya.

Setelah melihat proses pembuatan, hasil hingga kemasan, kaum muda dari Desa Aibura, Kecamatan Waigete dan juga merupakan mahasiswi Semester V, Prodi Ekonomi Manajemen, UNIPA Indonesia ini pun mengharapkan kepada sesama orang muda yang mengikuti kegiatan pelatihan itu, untuk dapat mempelajarinya dengan baik, agar bisa mempraktekkan kembali cara pembuatannya, mengembangkannya, dan juga bisa dipasarkan produknya di kampus, sekolah ataupun tempat usaha seperti kios dan lainnya.

(Redaksi)

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *